Saturday, 5 January 2013

Tak Selamanya Diskon Menguntungkan


Saat ini tak hanya pakaian atau buku saja yang sering ada diskon, gadget dan barang elektronik seperti laptop pun tidak ketinggalan.
Memanfaatkan tingginya animo masyarakat terhadap barang-barang tersebut, ternyata dimanfaatkan beberapa oknum pedagang nakal untuk meraup keuntungan yang besar lewat minimnya pengetahuan konsumen terhadap sebuah produk.

Akhir tahun lalu saya diajak seorang teman yang berniat membeli sebuah laptop baru untuk anaknya. Berdasarkan informasi dari iklan dalam surat kabar lokal bahwa ada sebuah toko komputer sedang cuci gudang. Mereka menawarkan diskon besar-besaran laptop berbagai merek. Sebuah laptop 14′ merek terkenal dibandrol hampir setengah dari harga resmi. Wah, siapa yang tidak tergiur dengan promo seperti itu.
Di toko komputer sederhana itu memang benar banyak dipajang berbagai laptop lengkap dengan label harga yang menurut saya sungguh miring. Teman saya memilih sebuah laptop incarannya kemudian meneliti secara detail fisik laptop tadi. Si penjual menjelaskan keunggulan produknya itu. Teman saya hanya manggut-manggut saja. Ketika teman saya bertanya apakah laptop tersebut benar-benar asli dan baru, si penjual mengiyakan sambil menyalakanya. Semua tampak normal. Terakhir teman saya menanyakan soal garansi. Penjual tersebut memberi jaminan spare-part dan service selama 1 tahun di toko itu saja. Artinya bila ada kerusakan laptop tersebut hanya bisa diperbaiki oleh toko itu saja.
Ia beralasan bahwa produk tersebut sudah tidak diproduksi lagi. Namanya saja cuci gudang, jadi memang mau menghabiskan stok lama. Teman saya tetap manggut-manggut saja.Tak lama berselang ia mengajak saya pulang tanpa terjadi transaksi.

Di dalam kendaraan teman saya memberi penjelasan kenapa ia mengurungkan niat membeli laptop yang harganya begitu murah. Ternyata ia curiga laptop tersebut adalah barang rekondisi.
Barang rekondisi memang harganya bisa jauh lebih murah. Bayangkan selisihnya bisa sampai 40-50 persen dari harga asli.  Produk yang sering direkondisikan adalah gadget seperti handphone dan BB.  Tetapi sekarang laptop pun sudah banyak yang rekondisi akibat tingginya permintaan masyarakat terhadap barang tersebut. Barang rekondisi secara kasat mata susah dibedakan dengan produk aslinya. Tetapi jika lebih teliti maka akan tampak perbedaannya seperti tidak ada stiker hologram, cetakan buku manual yang kasar, batere bukan asli dari pabrik. Barang rekondisi biasanya tidak menyertakan kartu garansi resmi, yang ada hanya garansi toko saja. Biasanya serial number yang terdapat di badan laptop berbeda, atau malah tidak tertera pada kotaknya.
Barang rekondisi hakekatnya adalah barang bekas yang rusak lalu diperbaiki dengan mengganti komponen yang rusak dengan yang baru. Dan biasanya komponen penggantinya itu bukan produk asli. Laptop-laptop bekas itu biasanya didatangkan dari luar negeri yang masuk lewat jalur khusus.

Dalam hal ini calon pembeli harus ekstra teliti. Bukan tidak mungkin laptop rekondisi dibuat sedemikian rapi sehingga sukar bagi orang awam membedakan mana produk asli mana yang rekondisi. Untuk menyiasati hal ini dianjurkan untuk mengajak orang yang mengerti betul mengenai laptop. Ketika berhadapan dengan penjual Jangan malu untuk bertanya secara detail spesifikasi laptop tersebut. Tampilan luar produk yang mulus bukan jaminan bahwa produk tersebut seratus persen baru. Kita tidak tahu jeroannya. Jangan-jangan hasil kanibal sana sini. Pastikan pula laptop tersebut memiliki garansi service internasional yang berlaku 1-2 tahun.
Untuk jenis notebook biasanya berlaku 2 tahun sedangkan netbook rata-rata 1 tahun. Bagaimana pun jaminan layanan purna jual yang baik sangat diperlukan mengingat laptop termasuk produk yang rentan kerusakan. Akan lebih bijaksana lagi bila rajin browsing ke situs-situs shopping online untuk cek harga. Perbedaan harga diskon tidak akan selisih jauh dengan harga resminya. Langkah terakhir yang paling aman adalah membeli laptop langsung di agen resmi. Untuk mengetahui agen-agen resmi beserta alamatnya bisa dicari di situs resmi laptop tersebut.
Jangan seperti pengalaman yang menimpa keponakan saya. Saat ini memiliki laptop seperti sudah menjadi keharusan bagi mahasiswa. Selain digunakan mengerjakan tugas kuliah, laptop menjadi sarana untuk berinteraksi di media sosial. Maka dibelilah sebuah laptop baru yang sangat murah pada promosi tahun ajaran baru. Tapi malang tak dapat ditolak, laptop yang ia beli pada pertengahan tahun itu, awal Desember lalu monitornya tiba-tiba suka mati sendiri. Padahal tidak pernah jatuh. Ketika dibawa ke distributor resmi untuk diklaim ternyata garansi tidak berlaku. Selain karena segel resminya tidak ada, SN (serial number) laptop tersebut tidak ada dalam database mereka. Setelah diteliti oleh teknisinya diyakini laptop tersebut barang rekondisi. Pantas saja baru sebulan dipakai, laptopnya sudah panas padahal belum ada setengah jam digunakan. Akhirnya laptop tersebut ia bawa kembali toko dimana dulu ia beli untuk diservice yang sampai sekarang tidak selesai-selesai.
Sekarang siapa yang tidak mau laptop baru dengan setengah dari harga yang ada pasaran? Akan tetapi untuk apa jika apa yang kita beli dengan harga super murah itu cepat rusak. Maksud hati ingin berhemat tapi malah jadi boros karena harus bolak-balik tukang service. Belum lagi ganti spare-part ini dan itu, yang artinya biaya lagi. Pekerjaan dan tugas-tugas kita pun jadi terbengkalai. Memang tidak salah mencari produk berdiskon besar. Bagaimanapun kita harus bijaksana, cari barang yang potongan harganya masuk akal dengan kualitas terjamin. So, Jangan mudah tergiur dengan tawaran diskon yang fantastis jika tidak mau pada akhirnya harus menangis.

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/01/06/diskon-fantastis-yang-bisa-bikin-menangis-521841.html

No comments: